Desa Ugimba, yang berada di ketinggian 2.100 meter di atas permukaan laut (mdpl), merupakan sebuah desa yang terletak di Kabupaten Intan Jaya, Papua. Desa ini adalah pemukiman terdekat dengan Puncak Carstensz, yang menjadi daya tarik utama bagi para pendaki dan wisatawan. Ugimba dihuni oleh beberapa ratus orang, dengan sekitar 90 persen penduduknya berasal dari suku Moni dan sisanya dari suku Dani.
Banyak orang mengira Papua hanya identik dengan hutan belantara. Namun, jika mengunjungi desa yang hingga kini belum memiliki listrik dan jalan beraspal ini, pengunjung akan terpana oleh keindahan alamnya. Nama Ugimba memang belum sepopuler Jayapura, Merauke, Biak, atau Nabire, tetapi jika dibandingkan dari segi potensi wisata, Ugimba tidak kalah menarik dari destinasi mana pun di Papua.

Perjalanan Menuju Ugimba
Untuk mencapai desa yang damai dan asri ini, perjalanan dimulai dari Desa Sugapa, melewati hutan rimba selama sekitar sembilan jam. Masyarakat setempat masih tinggal di rumah adat yang disebut honai, yang terbuat dari kayu dan jerami. Hanya sedikit rumah modern dengan atap seng yang bisa ditemukan di desa ini.
Mayoritas penduduk Ugimba menggantungkan hidupnya pada pertanian. Para perempuan di desa ini mengelola kebun tanpa menggunakan alat modern, hanya dengan tongkat kayu untuk menggemburkan tanah. Kebun-kebun mereka biasanya terletak di sekitar rumah penduduk dengan luas sekitar 20×20 meter. Tanaman yang biasa dibudidayakan meliputi ubi, kol, kedelai, dan berbagai jenis sayuran lainnya. Setiap hari, mereka memetik hasil kebun, menyirami tanaman, dan merawat lahan mereka. Jika dilihat dari atas bukit, hamparan kebun yang luas dengan petak-petak teratur menciptakan pemandangan yang memukau.
Hasil perkebunan tidak hanya menjadi sumber makanan utama bagi masyarakat Ugimba, tetapi juga dijual ke Sugapa dan Timika. Namun, karena belum ada akses transportasi yang memadai, mereka harus berjalan kaki berjam-jam untuk menjual hasil panen. Sayangnya, banyak sayuran yang layu di perjalanan karena lamanya waktu tempuh.

Tradisi dan Gaya Hidup Masyarakat Ugimba
Sulitnya akses transportasi dan minimnya pembangunan infrastruktur di Papua membuat masyarakat Ugimba masih bergantung pada kaki mereka sebagai alat transportasi utama. Sejak zaman dahulu hingga kini, berjalan kaki adalah bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Bahkan, anak-anak desa Ugimba terbiasa berjalan kaki puluhan kilometer, sering kali tanpa alas kaki.
Sepak bola menjadi olahraga favorit anak-anak di Ugimba. Mereka bermain bukan di lapangan hijau luas, melainkan di tengah kampung atau bahkan di dalam hutan. Hal ini secara alami membentuk fisik yang kuat pada anak-anak Papua sejak dini. Selain itu, anak-anak juga sering membantu orang tua mereka membawa hasil kebun ke desa lain. Mereka memikul noken—tas tradisional Papua—di atas kepala mereka, yang berisi hasil panen dengan berat mencapai 5 hingga 10 kg. Jika ingin membeli pakaian atau kebutuhan lainnya, mereka harus berjalan kaki puluhan kilometer ke desa lain yang lebih modern.

Keindahan Sungai Kemabu dan Air Terjun Ugimba
Selain perkebunan yang luas dan masyarakatnya yang berfisik kuat, Ugimba juga memiliki sungai yang jernih dan alami, yaitu Sungai Kemabu, yang disebut masyarakat sebagai sungai es. Sungai ini berasal dari pegunungan salju abadi di sekitar Puncak Carstensz. Suhu airnya bisa mencapai 5°C, jauh lebih dingin dibandingkan sungai-sungai di Pulau Jawa. Uniknya, tidak ada sampah plastik atau limbah di sungai ini, sehingga bebatuan di dasarnya pun terlihat jelas.
Di sepanjang Sungai Kemabu, terdapat beberapa air terjun kecil yang menambah pesona alam Ugimba. Salah satu yang paling menarik adalah air terjun berbentuk tirai, serta Air Terjun Degemaga, Mboemaga, dan Sungai Simagabu, yang oleh masyarakat setempat disebut air obat karena diyakini memiliki khasiat penyembuhan.
Selain itu, terdapat pula Air Keramat Tipagau, yaitu mata air yang berasal dari bawah tanah dan menyembur ke atas. Konon, air dari sumber ini memiliki rasa yang menyerupai air zam-zam di Arab. Sungai Kemabu sendiri menjadi pintu gerbang utama bagi wisatawan yang ingin memasuki Desa Ugimba.

Petualangan di Ugimba
Di pagi hari, desa Ugimba sering diselimuti kabut tebal, menciptakan pemandangan menakjubkan dengan deretan pegunungan tinggi di kejauhan. Trekking menjadi aktivitas menarik yang bisa dilakukan oleh wisatawan di sini. Berjalan menyusuri hutan belantara Ugimba akan menjadi pengalaman yang penuh petualangan. Namun, jangan kaget jika melihat banyak babi berkeliaran di sekitar desa, karena hewan ini merupakan peliharaan utama masyarakat setempat.
Pada tahun 2014, Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, menetapkan Ugimba sebagai desa wisata. Artinya, desa ini direkomendasikan sebagai destinasi wisata karena potensi alam dan budayanya yang luar biasa.
Mengunjungi Ugimba bukan hanya tentang menikmati keindahan alam, tetapi juga mengenal lebih dalam kehidupan dan budaya masyarakat Papua yang masih menjaga tradisi leluhur mereka. Dari bentang alam yang unik hingga gaya hidup yang sederhana namun penuh makna, perjalanan ke Ugimba akan memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi siapa pun yang datang.